Suatu saat hanya ada aku dan dendang Obie Mesakh,
semut-semut yang berbaris didinding sekolah. Tidak ada bangku taman untuk menunggumu dengan rantang makanan yang aku bawa tadi pagi. Atau sekedar 2 kuntum edelweis sebagai pernyataan sikap, “aku suka kamu!”. Tidak ada lagi. Mungkin memperkosa kesepian adalah jawaban. Duduk sendiri dengan pena menggantung di ujung bibir. Lalu mematahkannya, membakar cerita-cerita lucu yang tertumpah dalam kertas. Meremas geram satu dongeng kencan. Atau... Kemudian mencampakkannya sebagai bangkai, mayat hasil pembunuhan karakter. Ya, karena cinta, aku bisa merusak kebodohanku berkubang dalam ketidakpastian, ketidakyakinan, dan segala sendu nikmatnya dosa-dosa utusan Allah. Yang sengaja merangkai bunga mawar hitam akan buramnya sebuah cerita masa depan. Dan lagu itu tak henti-hentinya mengulang refren tentang penantian cinta. Indah. Simpel. Dan mungkin. Segalanya apapun itu, yang berdiri di permukaan perjalanan waktu ini aku anggap mungkin. Dan mungkin juga untuk putaran waktu yang lain aku mungkin selalu mengakhiri cerita dengan mungkin aku bahagia dengan cinta.
08 April, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar