08 April, 2008

Titip salam rinduku padanya Angin

Seandainya...
Kapan aku merasa paling lelaki, saat kamu bersimpuh mengerat nasib.
Kapan aku merasa paling lelaki, saat kamu berdarah,
karena keringatmu mengering mengejar nasib
Kapan aku merasa bisa paling lelaki, saat kamu merintih, perih ini, sakit itu,
umpat dari sini, amarah dari sana.
Hanya karena ingin berdiri tegap saat mencincang nasib

Apakah bisa aku mengaku sangat lelaki, saat kamu usap air mata semalam,
hanya karena pinggangmu remuk diremas nasib.
Dan inikah lelakimu, saat kamu muntahkan semua lelah, sendiri, disana dikota ladang-ladang nasib dan segala baik dan bejatnya masih dipertanyakan.

Tunggu aku sayangku, lelaki ini belajar memetik setangkai mimpi, harap, cita,
ingin, dan cinta. Belajar menjadi lelaki, untuk memegang janji, membuatmu lama tersenyum bahagia.

Tidurlah sayangku…
Yang ingin aku punyai
Mati sebelum usai mencintaimu
Hidup sebelum kehilangan cintamu

Usai
Seusai hidup carut semrawut ini
Seusai mati disela maut dan keranda ini
Seusai menitih letih, lalu perih kemudian sepi ini
Seusai meronta, berontak, lalu lantang bersorak
Seusai runtuhnya beribu-ribu gelak
Seusai muara terus beriak

Aku ingin selalu menepi ditepian jingga di pantai kemarin dulu
Aku ingin merajam alur cerita tak kembali lagi dijamu
Aku ingin seusai bumi ini tak hadir lagi
usai untuk satu lagi cerita tentang aku dan kamu

Tidak ada komentar: