Kenapa harus berpijak pada hari?
Bukankah semua kehidupan terhitung padanya?
Maka tak usahlah menghitung
Dia pasti akan terhirup,
mau tak mau.
Kenapa harus dirasa bunga – bunga lambang itu?
Pastilah nanti kau kan mencumbunya
Rasakan indah harumnya,
siang dan malam.
Reguk pasti kelopak demi kelopak
Gelambir yang terlepas
Satu demi luruhnya
Satu demi puncaknya
Kenapa harus tangisi takutmu atasnya?
Lelahmu kan sampai melesak
Risaukan mahkotamu, itu tak perlu
Peluk sajalah semua, sampai habis tak tersisa
Sampai tandas tak pernah jadi bekas
Tetap semuanya akan tercium
Kenapa harus kau bertanya?
Satu dan lalu seterusnya
Toh, nanti kau kan icipi juga
Hari yang jadi melati hidupmu…
08 April, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar