12 November, 2007

sekeping hati

Kondisi hati ... tentunya tidak sebaik jika ada ditengah-tengah kalian. Rindu pastinya selalu ada, bahkan jika hari akan terus senantiasa ghini. Tapi menjelang kepulangan dalam beberapa bulan kedepan, rasa rindu itu mulai bercampur sedikit kkekhawatiran. Khawatir ilmu yang dibawa tidak seberapa membawa manfaat, khawatir tidak siap menerima segala keterbatasan yang ada di kampung halaman setelah termanjakan dengan semua fasilitas dan kemudahan hidup di negara maju. khawatir tidak cukup keras belajar dan berusaha untuk menimba ilmu. khawatir, setelah nanti menengok ke belakang baru sadar betapa ada banyak kesempatan dan waktu yang dilalaikan.

tapi bukankah harus selalu ada ruang untuk kekhawatiran ?
tidak hanyak untuk kehidupan dunia
tapi juga akhirat semestinya
divine unsecurity
mudah-mudahan ruang kosong itu yang senantiasa menjaga kita dari takdir manusia yang tidak membawa manfaat untuk kehidupan sekitarnya, atau penyesalan kekal yang siksanya tidak tertanggungkan.

Sambil jalan ke kampus, aku ingat salah satu cerita yang aku suka tentang roda yang tidak sempurna. Ceritanya begini, ada sebuah roda yang kehilangan potongannya. Roda itu merasa tidak sempurna dan menghabiskan waktunya untuk mencari kepingan yang hilang.

sepanjang jalan dia bertanya pada bunga, pada binatang, pada serangga yang dulu tidak pernah disapanya, adakah mereka melihat kepingan roda miliknya. Dia berputar dengan lambat, cukup lambat untuk sekedar menikmati betapa banyak keindahan sederhana yang ia lewatkan kala ia berputar sempurna karena memiliki segalanya.

Hingga suatu saat, ia menemukan kepingannya. Dia tentu saja sangat gembira dan mulai berjalan dengan cepat dengan sedemikian lancarnya, sehingga ia kehilangan kesempatan untuk menyapa bunga, binatang dan serangga yang pernah mengisi ketidaksempurnaannya.

saat itulah dia sadar. ada banyak keindahan dan pelajaran dalam ketidaksempurnaan yang justru menjadikannya merasakan kecukupan yang berlimpah.

Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman baik yang datang ke tempatku. Dia mengeluhkan tentang belum datangnya buah hati dalam pernikahan yang menurutku masih berumur dini. Dan aku bahkan belum menemukan kepingan hatiku, pikirku waktu itu.

Aku suka berpikir tentang komentar "mungkin Allah menilai kita belum siap untuk itu" yang sering dilontarkan jika ada keinginan yang tak terwujudkan. Ingin menemukan pasangan, ingin memiliki keturunan, ingin kekayaan atau ketenaran. Jika benar adanya Allah menahan semua itu karena kita belum memiliki kapabilitas untuk menjalani semua itu, bahwa kita akan menyia-nyiakan anugerah itu karena ketidaksiapan kita, lalu apa penjelasan tentang mereka yang bercerai, mereka yang gagal menanam benih-benih kemuliaan di dada anak-anak mereka, atau mabuk dalam kegelimangan harta? jika pada prinsipnya mereka diberikan itu semua karena mereka" sudah siap" dan memiliki "kapabilitas" untuk menerima semua kenikmatan itu ?

aku lebih percaya bahwa dalam semua kondisi yang Allah berikan pada hakikatnya adalah ujian yang didalamnya tentu saja ada kenikmatan, jika saja kita mau memberi sedikit waktu untuk 'berputar lebih lambat'.

Jiwa yang tidak siap dengan kefakiran yang Allah berikan hanya akan membawa pada kondisi yang mendekatkan pada kekafiran. Dan mereka yang tidak menyiapkan jiwa dalam kekayaan pastinya akan terjebak dalam kekufuran.

Dalam hati aku yakin, kita manusia akan selamanya jadi roda yang selalu kehilangan kepingannya. kita akan selalu bertanya pada Tuhan, pada semua, dimana kepingan yang hilang itu. Jika Tuhan menginginkan kebaikan pada kehidupan dunia dan akhirat kita, aku yakin kita akan dibantu-Nya untuk menangkap keindahan dan pelajaran dari ketidaksempurnaan dengan bertanya pada bunga-bunga.

wassalam
kepingan hatimu

Tidak ada komentar: